FAKTA – Di tengah budaya patriarki yang masih kuat di banyak bagian dunia, ada sebuah desa di Kenya yang penduduknya hanya terdiri dari wanita. Desa Tanpa Pria “Umoja“, yang berarti “satu” dalam bahasa Swahili.
Umoja didirikan pada tahun 1990 oleh Rebecca Lolosoli, seorang wanita Suku Samburu yang melarikan diri dari pernikahan paksa. Lolosoli ingin menciptakan tempat bagi wanita yang telah mengalami kekerasan atau diskriminasi untuk menemukan perlindungan dan dukungan.
Umoja adalah sebuah desa matriarki, yang berarti bahwa wanita memegang kekuasaan dan kendali atas desa tersebut. Pria dilarang tinggal di desa, kecuali untuk anak laki-laki yang masih kecil.
Penduduk Umoja hidup dari pertanian, kerajinan tangan, dan pariwisata. Mereka telah berhasil membangun desa yang mandiri dan makmur.
Sejarah dan Tujuan Desa Tanpa Pria “Umoja”
Rebecca Lolosoli lahir di Kenya pada tahun 1956. Dia berasal dari Suku Samburu, yang merupakan suku nomaden yang hidup di wilayah semi-kering di utara Kenya.
Dalam budaya Suku Samburu, pernikahan paksa adalah hal yang umum. Lolosoli sendiri menikah pada usia 13 tahun dengan seorang pria yang tidak dia kenal. Dia melarikan diri dari pernikahannya hanya beberapa bulan kemudian.
Setelah melarikan diri, Lolosoli mengalami berbagai kesulitan. Dia tidak memiliki tempat tinggal atau uang, dan dia sering ditolak oleh keluarganya dan masyarakatnya.
Pada tahun 1990, Lolosoli bertemu dengan beberapa wanita lain yang juga telah mengalami kekerasan atau diskriminasi. Mereka memutuskan untuk mendirikan sebuah desa yang akan menjadi rumah bagi wanita-wanita yang membutuhkan perlindungan.
Desa tersebut diberi nama Umoja, yang berarti “satu” dalam bahasa Swahili. Umoja adalah simbol harapan bagi wanita-wanita yang telah mengalami kekerasan atau diskriminasi.
Kehidupan di Umoja
Desa Umoja memiliki populasi sekitar 200 orang. Penduduk desa berasal dari berbagai suku di Kenya.
Kehidupan di Umoja didominasi oleh wanita. Wanita memegang semua posisi kepemimpinan di desa, termasuk kepala desa, kepala polisi, dan kepala sekolah.
Penduduk Umoja hidup dari pertanian, kerajinan tangan, dan pariwisata. Mereka telah berhasil membangun desa yang mandiri dan makmur.
Umoja memiliki sekolah, klinik, dan pasar. Desa ini juga memiliki sebuah museum yang menceritakan sejarah dan budaya Umoja.
Desa Tanpa Pria “Umoja” sebagai Simbol Pemberdayaan Perempuan
Umoja telah menjadi simbol pemberdayaan perempuan di seluruh dunia. Desa ini telah menunjukkan bahwa wanita mampu membangun komunitas yang mandiri dan makmur.
Umoja telah menginspirasi banyak wanita di seluruh dunia untuk berdiri dan melawan kekerasan dan diskriminasi. Desa ini telah menjadi bukti bahwa wanita memiliki kekuatan untuk mengubah dunia.
Umoja adalah sebuah desa unik yang menjadi simbol pemberdayaan perempuan. Desa ini telah menunjukkan bahwa wanita mampu membangun komunitas yang mandiri dan makmur.
Umoja adalah sebuah inspirasi bagi wanita di seluruh dunia. Desa ini menunjukkan bahwa wanita memiliki kekuatan untuk mengubah dunia.